Oleh: Drs. Manahati Zebua, M.Kes., MM.

Sekitar 1 minggu yang lalu saya bertemu teman lama di kampus biru. Dia bercerita mengenai keberhasilan kariernya sampai memiliki kedudukan yang cukup tinggi di dalam perusahaannya. Tapi akhir-akhir ini Dia sedikit suka marah dan sedih bila stafnya tidak bisa bekerja sesuai harapannya, karena dikejar target, begitu alasannya. Sering Dia memanggil stafnya dan berkata sedikit kasar, umpamanya apakah sudah bosan kerja di sini atau silahkan keluar dari sini atau nanti akan diberi surat peringatan, dan apabila tidak ada kemajuan kemungkinan bisa sampai terjadi mutasi atau pemecatan. Pernah juga Dia memutasikan beberapa staf. Dia melakukan semua itu karena merasa jengkel dan mangkal, sampai-sampai darahnya mendidih dan berdampak pada tensi sedikit tingi. Sejurus kemudian lalu Dia minta nasehat bagaimana baiknya supaya target-target pekerjaan bisa tercapai atau bahkan bisa di atas target. Itulah sekelumit cerita teman yang sudah merasa berhasil dalam pekerjaannya? Pertanyaan sekarang, apakah betul Dia sudah berhasil?

Kalau dilihat dari sudut pandang Dia, kemungkinan cara itu sudah benar dan sebagai Atasan bisa disebut wajar karena peduli pada pekerjaannya serta mau bertanggungjawab pada target-target yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi apabila dilihat dari sudut pandang Manajemen Sumber Daya Manusia, cara-cara Dia mendorong stafnya untuk mewujudkan target tersebut bisa dikatakan ”Sudah Kuno”, cara-cara seperti itu masih berlaku sekitar 15 tahun yang lalu.

Saya tanya sama Dia, apakah mau mendangarkan nasehat saya? Nasehat saya begini, sekarang tahun 2012, cara-cara anda menerapkan sifat kepemimpinan seperti itu mestinya sudah harus berubah. Kalau anda mau berhasil dalam mencapai target itu dan anda mau menurunkan tensinya, kepemimpinan anda harus dirubah total. Begitu mendengar kata-kata seperti itu, teman saya tersebut terkesima, saya tidak tahu apa yang sedang bergejolak dalam hati sanubarinya. Lalu saya teruskan lagi, kalau mau berhasil dalam pekerjaannya, gunakan manajemen 1 menit.

Apa itu manajemen 1 menit? tanyanya. Lalu saya teruskan informasi yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu ingin sukses, ingin dihargai, ingin dipuji, ingin pengakuan, ingin disebut pandai, ingin dikatakan hebat, ingin diusap-usap, ingin didorong, ingin dianjurkan . .  dan ingin dinasehati seperti anda sekarang. Keinginan tersebut, sebetulnya tidak berkaitan dengan kedudukan atau jabatan, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, baik sebagai kepala maupun sebagai staf. Keinginan itu adalah keinginan individu sebagai seorang manusia, ciptaan Tuhan.

Saya teringat seorang pelatih ikan lumba-lumba yang bergigi kecil dengan moncong yang panjang. Setiap ada kemajuan atas latihan yang diinstruksikan, lalu pelatihnya melempar ikan kecil di mulut lumba-lumba seraya mengusap-usap punggungnya. Artinya, selain lumba-lumba mendapatkan makanan, juga terselip makna bahwa lumba-lumba itu telah berhasil melakukan tugasnya, pelatih mengakui dan menghargai kemajuan yang telah dicapai lumba-lumba.

Kalau lumba-lumba diperlakukan seperti itu, mestinya seorang staf diperlakukan lebih. Terapkanlah manajemen 1 menit pada staf dan teman anda. Sepatah kata penghargaan, pujian, pengakuan, hebat, pandai, serta tepuk bahu atau beri salaman, akan memberikan dorongan bagi siapapun untuk melakukan tugasnya dengan baik. Mengapakah kita menghukum dan tidak memuji? Mengapakah kita kritik kasar dan bukan kata penghargaan? Mengapakah suka mempergunakan cambuk dan bukan ikan? Pujilah setiap kemajuan staf meskipun kemajuan  itu masih tergolong kecil.